Monday, November 18, 2019

Kuharap kamu bahagia

Hai
Apa kabar?
"Apa kabar" mungkin terlalu aneh. Padahal hampir tiap hari ketemu.

Begini..
Kalau melihat dari luar, kamu bahagia. Tambah gemukan ya? baguslah.
Bagaimana dengan dia yang kamu sayang? Apakah dia menyayangimu sebanyak kamu menyayanginya?
Apakah perjuanganmu selama ini terhadap dia membuahkan hasil? Tolong, tolong jangan mau bersama orang yang tidak bangga memiliki kamu. Jangan pernah bersama orang yang tidak berani dengan lantang mengucapkan, "Iya, ini pacarku."

Katakan. Tunjukkan pada dunia bahwa kamu bahagia. Banjiri dia dengan kasih sayang. Karena, kita sebagai manusia, hal tulus apa lagi yang dapat kita berikan sebanyak cinta?
Kuharap dia mencintai kamu. Menyayangimu. Kuharap.., kuharap dia tulus. Kuharap dia tak patahkan hatimu. Kuharap dia tak membuatmu jalan mondar mandir seperti orang bodoh yang tak mengenal orang saat dia tak mau menjawab telfonmu. Kuharap dia tak membuatmu menangis, kamu kan cengeng.
Kuharap kamu tidak bergadang. Makanmu teratur, kan. Katamu, demi orang yang kamu sayang, kamu pasti bakalan jaga kesehatan kamu.
Hei. Dia cantik, kamu beruntung.
Senyumnya menyesakkan ya? Hatimu bagai ingin pecah. Disaat kamu mengenggam tangannya dan dia mengenggam balik, kamu ingin sekali berteriak dan berterima kasih kepada Tuhan.
Jaga dia, jaga dia.

Hidup menyenangkan, bukan?


Aku masih disini, tertinggal di belakang.
Biasa, kan aku bodoh.
Tapi ngga apa-apa.
Aku banyak berubah, belakangan ini jadi suka kopi, nih.
Terkadang namamu masih terucap dari mulutku. Rasanya seperti dosa.

Mataku kadang bandel. Masih saja mencuri pandang ke tempatmu. Terdalamku masih bolak-balik disaat kamu senyum. Tapi aku susah kalau mau ngomong, apalagi menatap matamu langsung. Takut, nanti jatuh lagi.
Soalnya ini masih terjebak.

Ternyata efek sesudahmu ada. Sombongnya aku.
Masih rindu hangatnya duduk disampingmu. Profil sampingmu masih juara deh. Bahkan aku rindu tulisan tanganmu.
Kamu muncul dalam beberapa bentuk, ya.
Muncul dalam logo mobil malam itu, saat mobil serupa muncul di jalanan. Muncul dalam lagu-lagu yang kamu nyanyikan kala itu. Muncul dalam ucapan-ucapan sedemikian yang bagaikan sudah milikmu. Kamu.., kamu itu melelahkan.

Bagaimanapun,
kuharap kamu bahagia. Ucapan itu masih keukeuh sampai sekarang kok, masih berlaku.
Jangan lupa undang aku, janji. Engga akan aku orak-arik lah pernikahanmu.
Aku masih sayang. Tentu saja. Kamu tahu itu.
Tapi aku orangnya emang engga pelit kan, kamu tahu.
Kamu beruntung, kamu disayang banyak orang. Such a fortunate person, you are.

Kamu terkadang terlalu bersinar, apalagi bersama dia. Jangan jauh-jauh dari matahari.
Aku doain dari jauh aja, ya.
Kuharap dia menyayangimu, dengan tulus.
Kuharap kamu bahagia.
Kuharap kamu bahagia.










No comments:

Post a Comment